Insight Details

Kesalahan Fatal dalam Teknik Copywriting dan Cara Menghindarinya

Kesalahan Fatal dalam Teknik Copywriting dan Cara Menghindarinya

Copywriter menjadi salah satu profesi di ranah pemasaran yang ramai diminati oleh kalangan dari berbagai usia. Seorang copywriter bertugas untuk membuat copy, sebagai bagian dari strategi perusahaan atau brand, lewat proses copywriting. Copywriting merupakan kegiatan pembuatan copy untuk membujuk audiens dalam melakukan tindakan tertentu yang melibatkan produk serta layanan yang dipasarkan.

Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk copywriter itu sendiri. Ada beberapa kesalahan fatal dalam menerapkan teknik copywriting. Dikategorikan “fatal” karena hal ini berdampak buruk baik terhadap performa pemasaran suatu brand atau perusahaan. Untungnya, ada beberapa cara menghindarinya agar tidak terulang di masa mendatang ketika hendak membuat copy atau naskah penulisan. Simak penjelasan selengkapnya untuk membantu Anda dalam menghindari 10 kesalahan berikut.

  1. Menulis copy tanpa spesifik menargetkan pelanggan tertentu

Poin pertama menjadi kesalahan yang paling umum ditemukan dalam kasus copywriter pemula. Copy yang dihasilkan itu ditujukan untuk siapa saja dan umum, alias audiens massal. Teknik copywriter yang diterapkan untuk menulis copy semacam ini tidak akan memicu reaksi negatif maupun positif dari audiens. Namun, tidak spesifik menargetkan pihak tertentu.

Cara menghindari kesalahan pada poin pertama adalah tetapkan target pelanggan berlandaskan teknik personalized marketing. Hasil copy yang dipersonalisasi tentunya jauh lebih menarik bagi audiens. Manfaat lainnya ialah copy yang dihasilkan berpotensi meningkatkan peluang konversi.

  1. Kata yang dipilih untuk menulis copy bersifat ambigu 

Poin kedua biasanya kesalahan yang tidak sengaja dilakukan copywriter karena terlupa mengecek dengan lebih cermat sebelum copy diunggah. Pemilihan kata yang ambigu berakibat pada multi tafsir atau makna ganda yang ditangkap oleh audiens.

kesalahan-fatal-copywriting

Gambar 1. Ilustrasi dua pelanggan kebingungan dengan makna sebenarnya dibalik sebuah copy yang ambigu

Contohnya brand A menjual produk makanan berupa nugget ayam. Copywriter dari brand A mengunggah dua macam copy sebagai bahan promosi di media sosial. Hasil copy pertama menawarkan diskon 30%, sedangkan yang kedua menuliskan bahwa pelanggan akan mendapat ekstra 30%. Jika dibaca sekilas, nilai yang tertera di copy tersebut sama yaitu 30%. Padahal, dua copy ini mengandung makna yang berbeda.

Copy yang pertama bermakna bahwa pembeli nugget dari brand A akan mendapat potongan harga sebesar 30%. Sedangkan yang kedua bermakna bahwa pembeli nugget dari brand A akan mendapat tambahan isi sebesar 30% dari ukuran normal. Perlu diingat bahwa copy yang kedua tidak menginformasikan tentang potongan harga. Maka dari itu, tambahan isi 30% tersebut bisa didapatkan pelanggan dengan harga normal.

Tidak dapat dipungkiri, akan ada individu satu yang menangkap makna berbeda dengan individu lain. Kesalahan ini termasuk fatal karena memberikan kesan bahwa perusahaan atau brand tidak transparan, tidak mengutarakan pesan komunikasinya dengan jelas di mata audiens. Selain itu, pelanggan yang keliru dalam mengartikan informasi di copy tersebut akan merasa jengkel, tidak puas, dan memberi respon reaktif karena tidak sesuai yang diharapkan. 

Cara untuk menghindari kesalahan copywriting yaitu menginformasikan kepada audiens dengan lebih spesifik. Gunakan ilustrasi maupun tulisan yang dibutuhkan untuk merepresentasikan informasi yang ingin disampaikan seakurat mungkin. Misalnya selain ilustrasi gambar nugget, tambahkan elemen yang bertuliskan “30% lebih banyak dari porsi normal” di copy kedua.

copywriting-produk-cemilan

Gambar 2. Ilustrasi produk cemilan dengan copy yang menunjukkan ekstra porsi 30% dari ukuran normal


  1. Copywriting tidak menggunakan teknik persuasi 

Segelintir copywriter bisa jadi acuh tak acuh atau lupa dalam menggunakan teknik persuasi. Teknik copywriting satu ini menjadi kunci penting agar konten pemasaran produk atau layanan yang dibuat bisa lebih optimal. Teknik persuasi bisa digunakan untuk menarik sisi emosional calon pembeli maupun pelanggan. Hal ini akan membuat nama brand, perusahaan, produk atau layanan Anda melekat kuat di benak audiens. 

Cobalah untuk mengkombinasikan teknik ini dengan beberapa pilihan kata penghubung (konjungsi) yang tujuannya untuk mengajak. Sertakan alasan yang kuat akan pentingnya audiens untuk mengikuti ajakan tersebut. Sebagai seorang copywriter, cara untuk menghindarinya adalah dengan menyadari seberapa besar manfaat dari teknik persuasi. 

Selain itu, Anda perlu memperbanyak pengetahuan terhadap beberapa kombinasi kalimat, tren terkini, konteks zaman, dan sadar terhadap isu yang ada. Ditinjau dari segi kreativitas, teknik persuasi dapat diselipkan di headline, body copy (isi), maupun call to action (CTA). 

  1. Copywriting tidak melalui uji coba terlebih dahulu

Kesalahan fatal di poin keempat ini umumnya terjadi karena dua alasan. Pertama, copywriter kurang cermat dalam menyimpulkan selera target audiens atau pelanggan. Kedua, copywriter kurang memberikan upaya ekstra untuk memastikan kualitas copy yang dibuat.

Perlu diketahui bahwa tidak semua copy berstruktur pendek akan efektif dalam menarik perhatian audiens. Di sisi lain, ada beberapa audiens yang malah senang dengan penulisan copy yang panjang. Kesimpulan terkait hal tersebut bisa ditarik dengan akurat apabila copywriter melakukan uji coba.

Cara menghindari kesalahan ini tentunya dengan melakukan beberapa kali uji coba kepada target audiens atau pelanggan. Uji coba secara berkala atau berulang bertujuan untuk memastikan seperti apa copy yang efektif dari sudut pandang audiens.

  1. Penulisan copy terlalu berfokus pada fitur

Kesalahan pada poin kelima umum dilakukan oleh copywriter junior, yaitu terlalu banyak kata yang mengacu pada penjelasan fitur. Cara menghindari kesalahan ini adalah dengan menanamkan pola pikir untuk mengupayakan keseimbangan di tiap bagian yang perlu dituliskan. Selain fitur, copywriter juga perlu memaparkan manfaat yang akan didapat pelanggan jika mereka membeli produk atau layanan tersebut.

Seorang copywriter yang baik harus memandang manfaat dan fitur dengan sama pentingnya. Jika penulisan terlalu berfokus pada fitur, pelanggan kemungkinan besar tidak melihat manfaat dari produk atau layanan yang dipasarkan. Sehingga mereka kurang berniat untuk melakukan pembelian.

Pertama-tama, copywriter perlu mengetahui perbedaan antara fitur dan manfaat. Fitur merupakan karakteristik atau ciri yang melekat pada suatu produk maupun layanan. Fitur mencakup warna, ukuran, ketebalan, atau spesifikasi teknis lainnya. Sedangkan manfaat merupakan dampak positif yang didapatkan pelanggan ketika menggunakan produk atau layanan. Produk atau layanan diharapkan bisa menjawab solusi atas permasalahan yang dialami pelanggan. Atau bisa juga pelanggan membeli atas dasar pemenuhan keinginan atau kebutuhannya.

manfaat-copywriting-hasil

Gambar 3. Contoh hasil copy dilengkapi desain untuk konten pemasaran yang banyak memaparkan manfaat teh Kombucha

  1. Hasil copy terlalu banyak mengandung bahasa atau istilah yang rumit 

Banyaknya bahasa atau istilah yang rumit bukan termasuk indikator baiknya sebuah hasil copywriting. Cara menghindari kesalahan ini yaitu dengan memprioritaskan bahwa hasil copy tersebut harus mudah dipahami oleh audiens atau konsumen. Copywriter juga perlu menghindari istilah, bahasa, atau jargon khusus yang hanya dipahami segelintir kalangan atau individu yang berada di bidang yang sama. 

Membuat hasil copy menjadi mudah dipahami bukan berarti harus dibuat dengan pembawaan nyeleneh atau tidak serius. Melainkan copy tersebut harus ringkas dan jelas sesuai bahasa yang dipahami target audiens atau pelanggan.

  1. Mengabaikan aspek subjudul dalam penyusunan copy

Tiap copywriter memiliki kerangka (framework) masing-masing ketika menyusun suatu copy. Namun, subjudul seringkali kurang disoroti dalam copywriting terutama oleh pemula. Cara menghindari kesalahan pada poin ketujuh yaitu dengan menyadari pentingnya peranan subjudul. 

Subjudul berguna untuk memperkuat dampak penyampaian dari judul utama. Kombinasi antara judul dan subjudul yang kuat akan membuat audiens atau pelanggan memperhatikan konten pemasaran dengan atensi penuh. Dengan begitu, mereka akan meluangkan waktu untuk membaca keseluruhan isi copy yang telah disusun oleh copywriter.

  1. Hasil copy yang disusun cenderung abai dengan unsur tipografi

Cara menghindari kesalahan pada poin kedelapan adalah dengan memperhatikan berbagai indikator yang menentukan baiknya tipografi sebuah tulisan. Mulai dari tanda baca, susunan dan keterpaduan antar kalimat, ejaan, gaya bahasa, dan sebagainya. 

Meskipun copy tersebut ditujukan untuk generasi Z, bukan berarti hasilnya boleh seenaknya. Copy sebuah konten yang asal jadi dan tidak memperhatikan penggunaan bahasa yang benar akan menuai kritik di kalangan audiens atau pelanggan.

  1. Isi dari sebuah copy terlalu banyak menggunakan emoji

Sudah biasa di kalangan copywriter untuk menggunakan emoji pada copy yang mereka susun. Penggunaan emoji berguna dalam membuat kalimat menjadi lebih hidup. Sayangnya, terlalu banyak emoji akan membuat audiens atau pelanggan menjadi risih, dan dianggap sebagai elemen yang mengganggu. Emoji yang berlebihan juga bisa menciptakan kesan bahwa konten pemasaran yang dibuat itu kurang profesional.

Cara menghindari kesalahan pada poin ini adalah dengan memperhatikan jumlah emoji. Serta yang tidak kalah penting ialah copywriter perlu memutuskan, apakah emoji sangat diperlukan pada kalimat tersebut atau solusinya cukup dengan mengubah susunan kalimatnya saja.

  1. Tidak melakukan riset audiens ketika hendak menyusun copy

Cara menghindari kesalahan ini adalah dengan memperbanyak frekuensi atau proporsi waktu yang diperlukan untuk riset audiens. Riset audiens menjadi satu dari serangkaian proses copywriter yang tidak bisa dianggap remeh. Riset audiens pertama-tama diperlukan untuk mengetahui siapa saja kalangan yang membeli produk atau layanan perusahaan Anda secara nyata. Dengan kata lain, copywriter perlu memprioritaskan seperti apa copy yang ditujukan bagi pelanggan agar mereka mau melakukan pembelian berulang. 

Kemudian, riset audiens dimanfaatkan untuk mengetahui gaya bahasa yang cocok dalam menyajikan konten pemasaran, yang menyasar segmen tertentu. Gaya bahasa yang ditujukan untuk orang berusia paruh baya pastinya berbeda dengan gaya bahasa untuk anak kuliah. Hal ini bertujuan agar perusahaan atau brand Anda menunjukkan kedekatan ketika hendak berinteraksi dengan audiens yang ditargetkan.

riset-audiens-copywriting

Gambar 4. Pentingnya melakukan riset audiens untuk mengetahui gambaran orang yang benar-benar membeli produk atau layanan suatu perusahaan


Firstpage hadir sebagai digital architect, spesialis dalam menyusun digital funnel yang efektif dan berdampak. Firstpage berfokus pada pemanfaatan strategi berbasis data untuk meningkatkan performa dan skala digital brand. Pilihlah Firstpage sebagai pakar andalan Anda dalam memberikan solusi seputar digital marketing.